Pembelajaran Sosial Emosional

Mengapa Pembelajaran Sosial dan Emosional penting?

  • Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas  karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.
  • Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.

Pengertian Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 

  1. Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Pembelajaran Sosial Emosional CASEL

Gambar di atas menjelaskan kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional  CASEL:

  1. Penciptaan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid
  2. Kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi
  3. Kurikulum dan pembelajaran yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala.

Kompetensi Sosial Emosional

1. Kesadaran Diri
kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
Contoh :
1. Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial
2. Mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan budaya
3. Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
4. Menunjukkan integritas dan kejujuran
5. Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
6. Menguji dan mempertimbangkan prasangka dan bias
7. Memupuk efikasi diri
8. Memiliki pola pikir bertumbuh
9. Mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup
2. Manajemen Diri
kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi
Contoh :
1. Mengelola emosi diri
2. Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres
3. Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
4. Merancang tujuan pribadi dan bersama
5. Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir
6. Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif
7. Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok
3. Kesadaran Sosial
kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda
Contoh
1. Mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain
2. Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain
3. Mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih
4. Menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain
5. Memahami dan mengekspresikan rasa syukur
6. Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan
4. Keterampilan Berelasi
kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.
Contoh :
1. Berkomunikasi dengan efektif
2. Mengembangkan relasi/hubungan positif
3. Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
4. Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif
5. Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
6. Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok
7. Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan
8. Turut membela hak-hak orang lain
5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.
Contoh :
1. Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran
2. Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial
3. Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta
4. Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya
5. Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah
6. Merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas
7. Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang, hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan

Comments are closed.